Rumah Tanpa Jendela Novel
Judul: Rumah Tanpa JendelaPenulis: Asma NadiaPenerbit: RepublikaBukan besarnya rumah atau luas halaman dari balik pagar rendah yang memesona Rara, melainkan jajaran pot-pot cantik yang ditaruh di depan jendela-jendela besar rumah tersebut.Belum pernah Rara melihat jendela sedemikian indah.Mulai hari itu, ia punya sesuatu untuk diimpikan. Bapak dan Ibu harus tahu.Rara adalah gadis yang periang dan suka bermain. Ia dan teman-temannya suka bermain di pinggir-pinggir jalan saat istirahat mengamen, di bawah derasnya hujan, juga di pekuburan tengah kota Jakarta yang menjadi lingkungan tempat tinggalnya. Sebagai gadis kecil, ia merasa tak kekurangan apa pun, apalagi orangtuanya tak pernah memarahinya seperti ibu-bapak teman-temannya. Tapi ada satu mimpi Rara yang ingin sekali ia wujudkan. Sebuah mimpi sederhana, untuk memiliki jendela. Ia ingin sekali bisa tetap melihat hujan, dan tak harus menyalakan lampu ketika siang meski pintunya ditutup. Namun Rara tak tahu, keinginan sederhananya diam-diam membuat pusing orang-orang terdekatnya hingga gadis kecil itu harus membayar mahal agar mimpinya terwujud.***
Bagi sebagian orang, punya rumah berjendela merupakan hal yang biasa. Tapi tidak bagi Rara. Tinggal di rumah berdinding triplek, ia sangat ingin punya jendela. Keinginan tersebut muncul saat ia melihat jendela yang sangat banyak dan lebar di perumahan dekat gedung sekolahan bersejarah, hal itu membuatnya begitu terpukau. Sayangnya keinginan sederhana untuk punya jendela di rumah sendiri tak bisa langsung terwujud. Kondisi ekonomi kedua orangtua Rara tak memungkinkan mereka bisa membuat jendela. Tinggal di daerah perumahan sempit area permakaman Kota Jakarta, memiliki rumah yang nyaman adalah impian yang begitu besar. Namun, Rara tak putus asa begitu saja. Ia tetap memegang erat mimpinya untuk bisa memiliki jendela di rumahnya.Bu Alia hadir di tengah kehidupan Rara sebagai sosok istimewa yang bisa mengajarinya membaca dan menulis. Namun, Alia sebenarnya punya masalah yang cukup pelik soal jodoh. Ada sebuah impian besar yang ingin ia bangun walau jalannya pun tak mudah.Di usianya yang masih belia, Rara dihadapkan pada hidup yang cukup berat. Tak lama setelah ia mendapat sebuah kabar bahagia, ia malah kehilangan seseorang yang paling berharga dalam hidupnya. Tidak cuma sekali. Sebuah kehilangan lain pun membuat ia mau tak mau harus bisa bertahan kuat melanjutkan hidupnya.
Impian Rara untuk memiliki jendela di rumahnya tampak begitu sederhana. Tapi juga membawa simbol yang begitu penting soal harapan. Rumah Tanpa Jendela mengandung banyak pesan yang sangat menyentuh hati. Soal perjuangan hidup dan pentingnya memiliki harapan untuk membuat hidup layak untuk diperjuangkan.Teman-teman Rara pun memberi warna sendiri. Ada yang takut dengan badut. Ada yang bicaranya gagap tapi begitu menyayangi teman-temanya. Ada juga gadis cilik yang sering dimarahi ibunya. Lalu ada juga seorang teman Rara yang mengidap autis yang hobi menggambar. Dari sosok-sosok kecil ini kita bahkan bisa banyak belajar soal kebahagiaan yang bisa didapat dengan cara sederhana.Rumah Tanpa Jendela, novel ini membawa banyak pesan positif. Soal kehidupan, persahabatan, harapan, impian, bahkan juga soal jodoh. Dari hal-hal yang sederhana kita bisa mendapat banyak sekali pelajaran besar.
Tugas Apresiasi dan Kreasi Sastra IndonesiaJudul Novel : Rumah Tanpa JendelaPenulis : Asma NadiaPenerbit : RepublikaTahun Terbit : 2017Jumlah Halaman : 209
Novel "Rumah Tanpa Jendela" karya Asma Nadia adalah kisah yang mengharukan tentang seorang gadis kecil berusia 8 tahun bernama Rara yang hidup dalam sebuah perkampungan dengan kondisi keluarga yang sulit dan rumah tanpa jendela. Meskipun hidup dalam keadaan ekonomi yang rendah, orang tua Rara tetap memilih untuk bekerja secara halal sesuai dengan ajaran agama yang mereka anut. Ayah Rara bekerja sebagai pemulung dan kadang-kadang menjual ikan hias. Ibunya membantu ayah dengan memilah sampah di rumah. Rara sendiri setiap hari mengamen untuk membantu orang tuanya, dan ketika hujan turun, dia juga menjadi ojek payung.
Bagi Rara, tidaklah mudah untuk bermimpi memiliki jendela. Ayahnya yang seorang pemulung tidak mampu membelinya, bahkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sulit. Namun, Rara selalu mengingat nasihat ibunya bahwa mimpi bisa menjadi kenyataan melalui doa. Meskipun mungkin tidak akan terwujud dalam waktu dekat, karena mungkin ada doa yang lebih penting daripada yang kita inginkan saat ini.
Rara, yang berusia 8 tahun, menghadapi kehidupan yang penuh dengan tantangan. Mulai dari ibunya yang sekarat karena pendarahan saat hamil hingga ayahnya yang meninggal dalam kebakaran rumah, Rara harus menghadapi kenyataan bahwa orang-orang yang dicintainya meninggalkannya. Setelah itu, Rara harus menjalani kehidupan yang penuh dengan rintangan. Mimpi sederhana itu akhirnya terwujud dengan cara yang tidak terduga, dengan kepergian orang-orang yang dicintainya, sesuatu yang di luar dugaan Rara.
Impian Rara untuk memiliki jendela di rumahnya terlihat begitu sederhana, namun memiliki makna yang sangat penting mengenai harapan. "Rumah Tanpa Jendela" mengandung banyak pesan yang sangat menyentuh hati, termasuk tentang perjuangan hidup dan betapa pentingnya memiliki harapan untuk menjadikan hidup layak untuk diperjuangkan.
Teman-teman Rara juga memberikan warna tersendiri dalam cerita ini. Ada yang takut dengan badut, ada yang bicaranya gagap namun sangat menyayangi teman-temannya, ada juga gadis cilik yang sering dimarahi ibunya. Selain itu, ada juga seorang teman Rara yang mengidap autis dan memiliki hobi menggambar. Dari sosok-sosok kecil ini, kita dapat belajar banyak tentang kebahagiaan yang bisa didapat dengan cara sederhana.
Dalam perjalanan hidupnya, Azmi bertemu dengan berbagai karakter yang memberinya pelajaran berharga tentang kehidupan, persahabatan, dan cinta. Melalui cerita ini, pembaca akan diajak untuk merenungkan makna kehidupan dan keberanian dalam menghadapi cobaan.
Novel ini menggambarkan kekuatan semangat dan ketabahan seseorang dalam menghadapi keterbatasan, serta pentingnya memiliki harapan dan impian dalam menjalani hidup. Dengan gaya penceritaan yang khas, Asma Nadia berhasil menggugah emosi pembaca dan membuat mereka terinspirasi oleh perjalanan hidup Azmi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Book Selengkapnya
Penerbit Jakarta : Republika Penerbit, 2020
Deskripsi Fisik vi, 215 hlm. ; 20,5 cm
Subjek Fiksi Indonesia / Novel
Bahasa Indonesia
Call Number 813 ASM r ; 899.2213 NAD r
Asma Nadia dikenal sebagai salah satu penulis best seller paling produktif di Indonesia. Sudah 56 bukunya diterbitkan dalam bentuk novel, kumpulan cerpen, dan nonfiksi, selain puluhah antologi bersama.
Berbagai penghargaan di bidang penulisan diraihnya. Derai Sunyi terpilih sebagai novel terpuji Majelis Sastra Asia Tenggara 2005. Istana Kedua (Surga yang Tak Dirindukan) terpilih sebagai novel terbaik IBF 2008. Cerpennya terpilih sebagai cerpen terbaik majalah Annida, 1994-1995. Naskah drama Preh terpilih sebagai naskah terbaik Lokakarya Perempuan Penulis Naskah Drama yang diadakan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dan FIB.
Rembulan di Mata Ibu mendapat penghargaan buku remaja terbaik, 2001. Ia juga mendapat Anugerah Adikarya IKAPI sebagai pemenang Pengarang Fiksi Remaja Terbaik, 2001, 2002, dan 2005. Pada 2011, Asma Nadia dinobatkan sebagai tokoh Perbukuan Islam IKAPI.
Surga yang Tak Dirindukan (SYTD) menjadi film terlaris tahun 2015 dan meraih dua penghargaan di Festival Film Bandung 2015 serta enam penghargaan dalam Indonesia Box Office Movie Awards (IBOMA), dengan salah satu kategori Film Box Office Terlaris.
Assalamualaikum Beijing masuk dalam top 10 film terlaris 2014 dan diputar di Okinawa International Film Festival, Jepang, 2015. Umi Aminah (diadaptasi dari 17 Catatan Hati Ummi) tercatat sebagai salah satu film religius kolosal, 2012. Rumah Tanpa Jendela mengantarkan pemeran utamanya meraih penghargaan Piala Citra. Emak Ingin Naik Haji meraih lima penghargaan di Festival Film Bandung 2009 dan diputar pada festival film di International Writing Program, Iowa, Amerika.
Pada tahun 2016, tiga karyanya telah difilmkan. Pesantren Impian, Jilbab Traveler–Love Sparks in Korea, lalu menyusul Cinta Laki-laki Biasa. Tahun 2017, film Surga yang Tak Dirindukan 2 diangkat ke layar lebar, dan tayang di Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Sementara novel Cinta Dua Kodi adaptasi filmnya dirilis awal tahun 2018.
Beberapa karya Tokoh Perubahan Republika 2010 ini yang diangkat dalam Film Televisi (FTV) dan diadaptasi ke dalam sinetron, yaitu Aisyah Putri–Jilbab in Love, Catatan Hati Seorang Istri (CHSI), Sakinah Bersamamu, dan Catatan Hati Seorang Istri Season 2.
Asma Nadia, bersama sang suami, Isa Alamsyah, juga membangun grup Komunitas Bisa Menulis (KBM) yang kini beranggotakan lebih dari 417.000 orang.
Bukan besarnya rumah atau luas halaman dari balik pagar rendah yang memesona Rara, melainkan jajaran pot-pot cantik yang ditaruh di depan jendela-jendela besar rumah tersebut. Belum pernah Rara melihat jendela sedemikian indah. Mulai hari itu, ia punya sesuatu untuk diimpikan. Bapak dan Ibu harus tahu. *** Rara adalah gadis yang periang dan suka bermain. Ia dan teman-temannya suka bermain di pinggir-pinggir jalan saat istirahat mengamen, di bawah derasnya hujan, juga di pekuburan tengah kota Jakarta yang menjadi lingkungan tempat tinggalnya. Sebagai gadis kecil, ia merasa tak kekurangan apa pun, apalagi orangtuanya tak pernah memarahinya seperti ibu-bapak teman-temannya. Tapi ada satu mimpi Rara yang ingin sekali ia wujudkan. Sebuah mimpi sederhana, untuk memiliki jendela. Ia ingin sekali bisa tetap melihat hujan, dan tak harus menyalakan lampu ketika siang meski pintunya ditutup. Namun Rara tak tahu, keinginan sederhananya diam-diam membuat pusing orang-orang terdekatnya hingga gadis kecil itu harus membayar mahal agar mimpinya terwujud.
Sinopsis Singkat: Rara adalah anak yang tinggal di lingkungan kumuh yang sangat ingin punya sebuah jendela di rumah kecilnya. Namun kedua orang tuanya tidak mampu untuk membelikan jendela yang diinginkan. Pertemuannya dengan Aldo anak orang kaya yang mempunyai keterbelakangan menjadikan kisah ini menyentuh di hati. Sinopsis Lengkap: Rara (Dwi Tasya), 8 tahun, sangat ingin punya jendela di rumahnya yang kecil berdinding tripleks bekas di sebuah perkampungan kumuh tempat para pemulung tinggal di Menteng Pulo, Jakarta. Si Mbok (Ingrid Widjanarko), nenek Rara yang sakit-sakitan dan ayahnya Raga (Rafi Ahmad) yang berjualan ikan hias dan tukang sol sepatu, tidak cukup punya uang untuk membuat atau membeli bahkan hanya selembar daun jendela dan kusennya. Rara juga punya Bude, Asih (Yuni Shara).Bersama teman-temannya sesama anak pemulung, sebelum ngamen atau ngojek payung jika hari sedang hujan, Rara bersekolah khusus untuk anak jalanan. Bu Alya (Varissa Camelia) satu-satunya pengajar sukarelawan yang membimbing dan membina anak-anak pemulung tersebut.Di perumahan mewah Jakarta, Aldo (Emir Mahira), 11 tahun, yang sedikit terbelakang, merindukan seorang teman di tengah keluarganya yang sibuk dengan urusannya masing-masing. Ia anak bungsu dari pengusaha sukses, Pak Syahri (Aswin Fabanyo) dan Nyonya Ratna (Alicia Djohar). Kehadiran Nek Aisyah (Atie Kanser), ibu Pak Syahri, menjadi penghiburan untuk Aldo. Suatu hari, Aldo berkenalan dengan Rara yang saat itu tengah mengojek payung dan terserempet mobil Aldo. Sejak itu mereka menjadi akrab.Di rumah Aldo semua panik karena karena Aldo minggat dari rumah, kecewa dengan sikap kakaknya yang terang-terangan mengatakan merasa malu memiliki adik seperti dirinya. Berbagai peristiwa yang mengejutkan dan menyentuh bergulir bersama kisah persahabatan Rara dan Aldo. Negara & Tanggal Rilis: Indonesia, 24 Februari 2011 Klasifikasi: SU Bahasa: Bahasa Indonesia Warna: Berwarna Status: Selesai / Rilis
Rumah tanpa Jendela adalah film musikal Indonesia 2011 yang diangkat dari cerita pendek karya Asma Nadia berjudul Jendela Rara. Film ini disutradarai oleh Aditya Gumay dan diproduseri oleh Kak Seto serta dibintangi oleh Emir Mahira dan Dwi Tasya.
Film ini dirilis di bioskop pada 24 Februari 2011.
Berkat kemampuan aktingnya di film ini, Emir Mahira yang kala itu berusia 14 tahun berhasil mendapatkan Piala Citra untuk kategori Pemeran Utama Pria Terbaik di Festival Film Indonesia 2011. Hal ini mengulang kemenangan Albert Fakdawer yang berhasil memenangkan kategori yang sama di usia 13 tahun.
Rara (Dwi Tasya) gadis kecil berusia 8 tahun, sangat ingin punya jendela di rumahnya yang kecil berdinding tripleks bekas di sebuah perkampungan kumuh tempat para pemulung tinggal di Menteng Pulo, Jakarta.
Si Mbok (Inggrid Widjanarko), neneknya Rara yang sakit-sakitan dan ayahnya, Raga (Raffi Ahmad) yang berjualan ikan hias dan tukang sol sepatu, tidak cukup punya uang untuk membuat atau membeli bahkan hanya selembar daun jendela dan kusennya saja. Rara juga punya Bude, yaitu Bude Asih.(Yuni Shara)
Bersama teman-temannya sesama anak pemulung, sebelum ngamen atau ngojek payung jika hari sedang hujan, Rara sekolah di tempat sederhana khusus untuk anak jalanan. Bu Alya (Varissa Camelia) satu-satunya pengajar sukarelawan disitu yang membimbing dan membina anak-anak pemulung tersebut.
Di tempat lain, di perumahan mewah kota Jakarta – adalah Aldo (Emir Mahira) anak lelaki berusia 11 tahun yang sedikit terbelakang, merindukan seorang teman di tengah keluarganya yang sibuk dengan urusannya masing-masing. Ia anak bungsu dari pengusaha sukses, Pak Syahri (Aswin Fabanyo) dan Nyonya Ratna (Alicia Djohar). Kehadiran Nek Aisyah (Aty Cancer Zein) – Ibu Pak Syahri menjadi penghiburan untuk Aldo. Nek Aisyah sangat menyayanginya.
Suatu hari, Aldo berkenalan dengan Rara yang saat itu tengah mengojek payung dan terserempet mobil Aldo. Sejak itu mereka menjadi akrab. Perkampungan kumuh tempat Rara tinggal terjadi kebakaran, sementara di rumah Aldo semua panik karena Aldo pergi dari rumah, kecewa dengan sikap kakaknya yang terang-terangan mengatakan merasa malu memiliki adik seperti dirinya.
Apa yang terjadi dengan hidup Rara selanjutnya ? Bagaimana persahabatannya dengan Aldo? Apakah Rara dapat mewujudkan mimpi memiliki jendela di rumahnya? Bagaimana juga dengan nasib Simbok dan Bude Asih?
Berbagai peristiwa yang mengejutkan dan menyentuh bergulir bersama kisah persahabatan Rara dan Aldo.[1]
Hayya 2: Hope, Dream & Reality|2022|
Kompleks Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Gedung E Lantai 8, Jl. Jendral Sudirman, Jakarta 10270